Tidak Mungkinku Meninggalkannya

Listen to this article

“ Semua Karna Allah”

Allah Lagi, Allah Dulu, Allah Terus

       Seolah olah lautan ini memandangku dengan heran, karna kali ini datang bukan dengan senyuman lagi. Merasa sendiri ditengah keramaian, dan bertanya pada diri abis ini aku bisa apa? Dengan berurai air mata akhirnya akupun terlelap dikursi dipinggir pantai dan terbangun saat mendekati sunset. Emang indah cara Allah untuk menenangkanku, ditengah kegelisahan dan overthinking yang selalu menjelma akhirnya bisa tenang  dalam beberapa jam.

Aku kehilangan diriku, identitasku dan hidupku. Aku merasa semuanya benci padaku dan meninggalkanku tapi Allah membantuku dengan hadirnya sahabat sejati yang ada dalam suka maupun duka, dia saksi hidupku dan selalu menemaniku dan membantuku tapi tak beberapa lama diapun harus pindah kekota lain demi masa depannya, tinggallah aku sendiri yang hanya ditemani sunyi.

Disuatu sisi aku mencoba untuk mengakhiri hidup dan sudah siap-siap mau bunuh diri karna tidak sanggup melewati berbagai ujian yang datang bertubi tubi tapi disuatu sisi seolah terngiang ngiang ditelingaku, ”jangan jangan jangan begitu Allah membenci perbuatan itu, ingat masih ada Allah yang menyayangimu”. Akhirnya niat itu aku kubur dalam-dalam karna aku juga menyadari perbuatan itu juga salah dan tidak akan menyelesaikan masalah, juga teringat olehku bagaimana pedihnya ibuku nanti, kehilangan anaknya dengan cara yang dibenci Allah.

___

Hari itu sehabis masa ospek kampus aku ditelpon ibuku “kamu nyaman kuliah disana?” dengan nada sedih akupun menjawab “aku gabisa menerima semua ini bu, ini diluar ekspektasiku” “iya gapapa nak, jika kamu merasa ga survive kamu boleh kok pulang dan left dari kampus itu”. Perkataan itu bagaikan angin segar untukku, kata-kata yang selalu inginku sampaikan tapi tidak berani mengungkapkan. Akhirnya hanya bertahan dua bulan akupun pulang lagi kekampung halamanku dengan membawa segudang cerita dan kesedihan, karna aku merasa gagal terhadap semua yang kuusahakan selama ini, namun ibuku tetap support dalam apapun kondisinya.

       Aku healing selama beberapa bulan namun diperparah dengan berbagai gosip miring tentangku dan yang paling ku ingat “percuma smkf dan kuliah dikota ujung-ujungnya kegini, kalo perempuan mah gausah sekolah tinggi-tinggi karna ujung-ujungnya bakal menjadi ibu rumah tangga aja kok ngabisin duit aja buat sekolah tinggi-tinggi’’. Beberapa perkataan pedas sering terlontar padaku, apa yang bisa aku lakukan? Ya lari kekamar dan menangis sejadi jadinya.

Tidak seperti jaman masih kecil dulu, aku yang berbicara lebih frontal dan melawan ketika dihujat tapi semakin dewasa aku berpikir semakin tidak ada gunanya melawan orang-orang yang tidak satu visi atau sepemikiran denganku karna semua itu akan bikin lelah dan dia bakal gamau kalah dan kalo untuk melawan orang bodoh maka aku harus lebih bodoh. Aku hanya ingin merubah diriku agar tidak berikiran sepicik mereka, lebih maju daripada mereka dalam bidang apapun dan berusaha mendewasakan diri, jika sesuatu yg kita gasuka maka tinggalkan. Jadi aku menarik diri dari masyarakat selama delapan bulan dan tidak keluar rumah, yang kulakukan adalah membaca.

___

        Suatu ketika aku berbicara pada orangtua ingin ke psikolog atau ke psikiater tapi orang tuaku menolak. “kamu itu gasakit hanya pemikiranmu aja yg harus diperluas lagi” tapi sampai kapan aku begini bu? Aku gasanggup menjalani hidup seperti ini berbagai cobaan yang kulalui membuatku semakin lemah, tiadak ada satupun manusia dimuka bumi ini yang bisa kupercaya karna mereka semua jahat, ga pernah empati padaku setelah semua yg kuperjuangkan gagal dan mereka menganggapku gaada? Jadi aku harus apa bu? Jadi aku harus gimana bu? Sampai kapan aku begini?

Dengan air mata yang barurai pertanyaan itu tiba-tiba aku tunjukkan pada ibuku, padahal ibuku gasalah. Dengan menangis juga ibuku memeluk dan menenangkanku “perjalananmu masih panjang nak, diluar sana banyak yg lebih kejam kau temui dan ingat kamu tidak boleh selalu beranggapan semua orang itu baik. Karna bisa saja allah membolak balikkan hati manusia, maafkan mereka yang menyakitimu ya. insyaAllah, allah memberimu suatu hal yang lebih baik. Kalo perihal prestasi yang kamu khawatirkan, semua itu gaada harganya kalo kita memiliki attitude yang jelek, gajamannya sekarang bangga dengan harta, prestasi, jabatan dll semua itu semu nak dan hanya sesaat hidupmu akan selalu capek dengan pengakuan. Jadi kamu harus hijrah dan kembali pada Allah. Allah, ibu, dan ayah sayang padamu dan akan selalu ada untukmu jadi apapun yang terjadi kamu harus menjadi sebaik kamu jangan seburuk mereka, jangan biarkan luka membuatmu jahat, jangan biarkan kerasnya hidup membuatmu curang, jangan biarkan pahitmya hidup membuat manismu hilang, tetaplah baik karna kebaikan akan tetap menjadi kebaikan walaupun tak ada orang percaya, dan satu hal lagi. Kamu tidak akan pernah menemukan orang baik jika kamu sselalu menilai dari kesalahan orang lain, kamu harus bijak ya.”

       Setelah delapan bulan aku dirumah, terpikir olehku untuk hijrah keluar pulau untuk tujuan healing dan kuliah di lagi namu ayahku menentangnya karna dia masih beranggapan kalo aku belum stabil dan nantinya aku gadibolehin untuk kuliah diluar pulau disamping aku gaada keluarga disana dan ayah memikirkan akan banyak biaya. Akupun sujud dikaki ayah dan memohon untuk mengizinkanku pergi “ayah aku udah gapapa yah, aku berpikiran kalo aku masih stay disini gaakan ada perubahan pada diriku, aku akan tetap disini dimana tinggal di lingkungan toxic dan aku gamau seperti mereka”.

Ayahkupun baper, karna emang ayah sangat mudah terharu dan dia mengizinkanku untuk kuliah di suatu universitas di jogja dengan segala perjanjian yang harus kupatuhi dan semua konsekuensi yang harus diterima. Namun, kuserahkan semua pada Allah karna kuyakin Allah tidak tidur “la tahzan, innallaha ma’ana” aku yakin sama allah yah, kalo masalah rejeki, setiap keputusan yang kita ambil dan allah meridhoi itu bererti akan ada jalan rezeki disana.

___

        Aku pindah ke kota ini, sendirian dan tidak ada satupun orang yang kukenal, modalku hanya percaya sama Allah. Semua pembelajaran di kampus ini berjalan dengan lancar namun aku masih belum sembuh 100%, kadang aku masih merasa sedih tiba – tiba dan sepi dan terpikir olehku untuk masuk organisasi dengan tujuan healing, disamping itu agar aku bergaul dengan lebih banyak orang.

Alhamudulilah ditahun kedua aku pulang kampung banyak yang mengatakan “kamu sangat berbeda dari sebelumnya rin, banyak perubahan yang dapat kulihat pada dirimu” yang pada awalnya dibilang tanteku dan didukung oleh beberapa argumen keluarga dan temenku. Saat itu aku merasa senang dan berarti jalan yang kupilih benar. Beberapa hari dirumah aku memberanikan diri bertanya ke ibu “bu, aku tau semua biaya aku selama setahun disana dan semua biaya daftar ulangku itu tidak murah dan kuiitung semuanya lebih dari 30 juta, aku tau saat itu kita lagi susah tapi dengan baikknya ayah dan ibu tetap mengizinkanku? Alasanya kenapa bu? Padahal tahun sebelumnya sangat menentangku? Ibu melihat usaha dan kegigihanmu dan ibu merasa disana jalan terbaik untukku, kalo masalah uang kamu tidak perlu tau nak. Tapi aku butuh tau semua itu bu, nanti akan menjadi beban pikiran bagiku. Ibu kan tau kalo aku pemikir berat. Ibu dapat uang sebanyak itu dari hasil meminjam uang di bank dan menjaminkan rumah ini”. Betapa hancur hatiku dan air mata ini tak terbendung karna merasa satu tahun pertama kuliah ga maks, ga sesuai dengan pengorbanan orang tuaku.

 Namun ibu bilang, “kamu jangan merasa bersalah dan memaksakan diri jika kamu lelah boleh istirahat, karna ibu gamau kamu pulang dalam keadaan sakit lagi. Ibu ga menuntut mu apapun nak, ibu hanya ingin melihat sedikit senyuman diwajahmu sudah lama keceriaanmu hilang“. Kupeluk ibu erat-erat dan bersyukur aku punya ibu dan ayah yang support diriku, kalo tidak kupastikan diriku sudah gaada didunia ini ataupun menjadi gila.

       Ditahun keempat aku kuliah ada lagi masalah yang menerpaku yang lebih besar dari yang masalah saat smkf namun kali ini berbeda, tidak sesempit dulu padahal aku merasa ini lebih besar sehingga aku sering hilang fokus dan melamun, ada hal-hal diluar dugaanku terjadi. Seperti dapat merasakan dan melihat hal-hal ghaib, hal ini sudah biasa sejak ku kecil namun kali ini lebih, kumerasa kemampuan ini bertambah luas yang dulunya hanya diseputar keluargaku namun saat ini bisa diuar itu, yang kadang membuatku seperti manusia linglung , kadang tremor tiba-tiba dan seperti kena hipnotis. Tapi semua itu ku bentengi dengan zikir lebih banyak, zikir pagi dan sore, al-waqiah setiap subuh, dhuha setiap hari  dan yasiin setiap magrib,itu yang membuatku lebih tenang dan merasa aman. Jadi setiap merasa dan bertemu dengan hal seperti itu aku merasa bodoamat dan aku gatakut sama sekali, dalam hati “kalian bisa apa? Mau menyelakaiku degan cara perdukunan? Silahkan coba aja, aku yakin dan percaya sama allah, tidak akan terjadi hal-hal diluar kendali allah”.

       Dan suatu ketika aku sadar ini semua atas bantuan Allah. “bukan masalahnya yang besar tapi hatiku yang diperlapang oleh Allah“. Namun kali ini berbeda, aku tidak berharap sama manusia sama sekali. Kupasrahkan semua pada Allah, aku gamau lagi memaksa Allah dalam doaku, yang dulunya minta, “ya Allah kenapa aku? Aku ingin begini ya allah agar hidupku jadi gini“. Namun tidak dengan kali ini,semuanya kuserahkan total sama Allah. “Allah, engkau tau aku dan segala kekuranganku dan aku mohon tolonglah berada dipihakku dan memberiku keadilan seadil adilnya yang membuat hidupku tenang“. Ku selalu mengamalkan ayat ini disetiap hatiku sempit dan merasa sendiri

وَاُفَوِّضُ اَمْرِيْٓ اِلَى اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَصِيْرٌ ۢبِالْعِبَادِ

44. Maka kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepadamu. Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (40: 44)

Dan taklupa juga selalu kulantunkan doa disetiap sepertiga malamku dan beberapa amalan lainnya, dan alhamdulillah bebearapa keajaiban datang dengan arah yang tidak kusangka-sangka. Semoga Allah selalu melindungi apapun kondisiku, dan semoga perjalanan panjang ini menjadikan perjalanan yang mendewasakan iman.

Selesai

oleh Nency Febriza (Pengurus LDK KMA 2021)

Sumber: http://bit.ly/kumpulanRantaiMSC

jurnalikaopini
Jurnalistik Politeknik AKA Bogor

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.