Sudah hampir 5 bulan, pemerintah menetapkan kebijakan pembelajaran jarak jauh di segala jenjang pendidikan, demi pencegahan penyebaran virus Covid-19 yang masih meluas hingga saat ini. Beberapa perguruan tinggi bahkan ada yang sudah memberikan edaran resmi bahwa pembelajaran jarak jauh atau kuliah online ini akan dilaksanakan hingga Desember 2020. Begitupun seminar, sidang, dan wisuda yang tahun ini juga dilaksanakan secara online.
Kuliah Online atau lebih dikenal dengan sebutan ‘Kulon’ tak lepas menjadi bahan pembicaraan di media social tentunya. Ada yang mengeluhkan, ada juga yang menerima dengan legowo. Mengingat kuliah online adalah suatu hal yang baru di Indonesia. Sering muncul pertanyaan apakah kuliah online ini efektif dalam pengaplikasiannya? Melansir dari media Twitter, dalam sebuah akun base tentang perkuliahan, terdapat salah satu mention-confess yang menanyakan tentang efektivitas dari kuliah online ini, dan jawabannya pun beragam.
Salah satu jawaban yaitu dari akun @nisttatinum yang bercuit “jujur, menurutku kurang efektif, karena ada beberapa materi yang harus dijelasin langsung dan kalo online gangerti. tapi yaa mau gimana lagi, keadaan masih belum pulih, corona belum hilang jadi yaa nikmatin aja~”.
Jawaban yang serupa juga datang dari akun @indomieerendang “ga efektif, krn jadi tambah males g ky kuliah biasa, gtw si mungkin ini personal ya tp aku ngerasanya gitu (btw males disini luas ya, males ngatur waktu, males belajar, males buat fokus). trs mata jd gmpang cape krn liat layar hp/laptop terus. kendalanya diinternet mungkin yaa.”.
Namun ada juga segelintir mahasiswa yang mengatakan bahwa kuliah online ini sudah dirasa efektif, jawaban tersebut disampaikan oleh akun @happypipelll_ “Menurut aku gegara udh terbiasa kuliah online jdnya ya udh lumayan ngerasa efektif sih, apalagi mata kuliah yg sekarang praktikum, jdnya lbh padet daripada teori, jdnya udh lbh ngerasa kuliah beneran, ga kek pas yg awal2”.

Hampir semua jawaban mengatakan bahwa kuliah online ini dirasa tidak efektif karena terkendala koneksi yang tidak stabil juga penyampaian materi yang tidak tercerna dengan baik. Mengapa hal ini bisa terjadi? Sosiolog sekaligus dosen dari Jurusan Sosiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) menilai bawa kuliah online ini justru berdampak membebani mahasiswa terutama bagi mereka yang terbatas akses internetnya. Masih banyak daerah di pelosok negeri yang belum terjangkau akses internet. Selain itu biaya paket internet dinilai sangat menguras pundi rupiah, mengingat di era pandemi ini perekonomian sedang tidak stabil. Selain itu, daya tangkap setiap mahasiswa terhadap suatu materi berbeda-beda, sehingga hal tersebut dapat menjadi alasan tidak efektifnya sistem kuliah online.
Lalu bagaimana cara membuat kuliah online ini agar dirasa efektif? Caranya mudah, yaitu dengan mengubah pola pikir untuk lebih produktif dan belajar menyesuaikan diri dengan situasi yang baru. Karena mau tidak mau, satu-satunya cara agar tetap terus melanjutkan pembelajaran di era pandemi ini adalah dengan sistem daring (dalam jaringan) atau online, tentunya agar kondisi segera pulih dan normal sehingga pembelajaran secara tatap muka bisa dilaksanakan kembali. (SNR)
Ga mungkin efektif kalau memang difakultas yang banyak praktikum dilaboratorium seperti analis kesehatan,analis kimia,kimia teknik.Tetapi apabila hanya mata kuliah bahasa indonesia atau ekonomi,kewarganegaraan yang hanya sekadar teori masih bisa daring